AUDIT TATA KELOLA SUMBER DAYA TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN KERANGKA KERJA COBIT 4.1 UNTUK EVALUASI MANAJEMEN PADA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
Oleh Syahid Zakwan, Suci Ratnawati, Nur Aeni Hidayah
ISSN 1979-0767
TUJUAN
Tujuannya yaitu untuk
mengetahui tingkat/level management pada tata kelola sumber daya teknologi
informasi di PUSINFOWAS BPKP dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 4.1
METODE
Metode yang di gunakan
pada penelitian ini adalah pengumpulan data dari dokumen-dokumen yang terdapat
pada PUSINFOWAS BPKP
KESIMPULAN
Perkembangan teknologi
informasi pada era globalisasi saat ini sangat cepat, oleh karena itu para
instansi perusahaan mau tidak mau harus mengikuti arus globalisasi tersebut,
tidak hanya instansi perusahaan, masyarakat juga harus ikut ke dalam era
globalisasi tersebut untuk bertahan dari para pesaing di luar sana. Karena itu
BPKP PUSINFOWAS juga ikut melaksanakan audit terhadap tata kelola sumber daya
teknologi informasi yang mereka miliki, dengan tujuan supaya BPKP PUSINFOWAS
bisa mengoptimalkan dan memelihara sumber daya informasi tersebut. Jika dilihat
dari kebutuhan tersebut PUSINFOWAS BPKP membutuhkan audit maturity level untuk
mengetahui berada pada level mana manajemen tata kelola sumber daya teknologi
informasi yang ada pada PUSINFOWAS BPKP.
Audit sendiri merupakan proses
sistematis, mandiri dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti secara objektif. Dalam melaksanakan audit
tersebut penulis menggunakan kerangka kerja COBIT 4.1. alasan mengapa penulis
menggunakan kerangka kerja COBIT 4.1, karena penulis menganggap kerangka kerja
COBIT itu sesuai dengan kebutuhan PUSINFOWAS BPKP, dimana tujuan utama cobit
yaitu memberikan kebijakan yang jelas dan praktik yang baik dalam tata kelola
sumber daya teknologi informasi, di dalam COBIT ada 4 (empat) domain kontrol
yaitu domain PO (Plan and Organise), AI (Acquire and Implement), DS(Deliver and
Support), ME (Monitor and Evaluate).
Dalam penelitian ini terdapat 3 sub
domain kontrol yang menjadi focus untuk melakukan audit maturity level tata
kelola sumber daya teknologi informasi, yaitu AI 2, AI 3, AI 5.
1.
AI 2 Memperoleh dan memelihara aplikasi software, dalam
organisasi memiliki proses untuk akuisisi, implementasi, dan memperbaharui
infrastruktur dan memerlukan perencaan untuk itu semua namun dalam perencanaan
tersebut harus sejalan dengan yang telah di sepakati dalam hal strategi
teknologi di PUSINFOWAS BPKP.
2.
AI 3 Memperoleh dan Memelihara Infrastruktur
Teknologi, dalam organisasi memiliki proses untuk akuisisi, implementasi, dan
memperbaharui infrastruktur dan memerlukan perencaan untuk itu semua namun
dalam perencanaan tersebut harus sejalan dengan yang telah di sepakati dalam
hal strategi teknologi di PUSINFOWAS BPKP.
3.
AI 5 Memperoleh Sumber-sumber Daya TI, Sumber daya,
termasuk orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak dan jasa/pelayanan TI
perlu di akuisisi dan memerlukan penjelasan dan pengakan prosedur tentang
pengadaan, pemilihan vendor, mempersiapkan kontrak, dan proses kontak.
Model kematangan pada COBIT merupakan metode scoring yang memungkinkan
organisasi untuk memberi peringkat bagi dirinya sendiri dari mulai 0 sampai
dengan nilai maksimal yaitu 5, hal ini berguna untuk melakukan perbandingan
pada diri sendiri berdasarkan praktik-praktik terbaik dan panduan standar yang
sudah ada.
Level 0 (Tidak ada ; non-existent)
Kondisi di mana perusahaan sama sekali tidak peduli terhadap pentingnya
TI
Level 1 (Awal/Ad-Hoc ; initial/AdHoc)
Kondisi dimana perusahaan secara reaktif melalukan penerapan dan implementasi TI sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mendadak yang ada, tanpa
adanya rencana
Level 2 (Berulah tapu intuitif ; repeatable but intituive)
Kondisi dimana perusahaan
telah memiliki pola yang berulang kali di lakukan dalam melakukan manajemen
aktifitas terkait dengan tata kelola TI, sudah mulai ada prosedur namun tidak
seluruhnya terdokumentasi dan tidak seluruhnya di sosialisasikan.
Level 3 (Proses Terdefinisi ; defined process)
Kondisi dimana perusahaan
telah memiliki prosedur standar formal dan tertulis yang telah di sosialisasikan
ke segenap jajaran manajemen den karyaman, serta tidak ada pengawasan untuk
menjalankan prosedur tersebut, sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan.
Level 4 (Terkelola dan terukur ; managed and measurable )
Kondisi dimana
perusahaan telah memiliki sejumlah indicator atau ukuran kuantitatif yang di
jadikan sebagai sasaran maupun objektif terhadap kinerja TI.
Level 5 (Optimis ; Optimized)
Kondisi dimana
perusahaan di anggap telah mengimplementasikan tata kelola majemen TI yang
mengacu pada praktik terbak dan proses telah mencapai pada level terbaik karena
perbaikan yang terus menerus dan perbandingan dengan perusahaan lain, dengan
begitu dapat memudahkan perusahaan untuk beradaptasi terhadap perubahan.
Referensi Jurnal : 1979-0767
Komentar
Posting Komentar